Pages

I Draw (Again, Finally!)

2 comments:
Rumah pun masih sama (ya iya lah, kan belum ganti). Alhamdulillah, keluarga juga baik2 aja.
Masih desa yang sama, yang bentar lagi (23/7) bakal ngadain pilkuwu (kuwu = kades). Nah, pilkuwu kali ini... bla... bla... bla.... (Entah kenapa, males sama urusan kayak gini.) Mendingan ngobrolin hal2 gak-penting lainnya, kayak yang berikut.
Ada "proyek" sebenernya di pulkam kali ini: ngegambar. Yep, setelah sekian lama, saya bisa balik ke hobi-lama-yang-terbengkalai. (Akhirnya!) Ada temen yang "pesen" gambar Gaara sadis (plus temen lain yang juga pernah "mesen" gambar). Mungkin karena skil-gambar saya udah turun (lama ditinggalin, sih), dalam 1 minggu itu cuma bisa dapet 4 gambar. Itu pun mesti ngumpulin ingetan2 gimana saya ngegambar dulu, ngebiasain tangan yang udah lama ninggalin pensil-pena gambar & beralih ke tetikus-kibor.
Dua yang Gaara ditampilin di bawah di samping (2 lainnya gak bisa ditampilin di sini, cuma buat si pemesan, entah kalo dia sendiri yang nampilin di mana).
Makasih buat para "pemesan" yang udah ngasih saya kesempatan buat ngerasain lagi kesenangan-yang-udah-hampir-saya-lupain ini. Maaf kalo ga sesadis yang diharepin, ya cuma segitu kebisaan saya saat ini.
Hmmm..., kapan saya bisa ngegambar lagi ya?

12 Jam Jadi 'Mahasiswa'

2 comments:
Kesempatan pulang seminggu ini diawali dengan "napak tilas" salah satu rute favorit saya sewaktu masih mahasiswa lucu-lucunya di Jatinangor: Jatinangor-Palasari.
Dari Ciputat (21/6), sengaja mengambil jalur ke Tasik/Garut via Cileunyi. Ada keperluan mengambil beberapa barang saya yang masih tersisa di kosan terakhir saya. Plus sudah berniat mau membelikan buku sebagai "kado nikah" buat seorang teman. Bicara buku, tentu Palasari jawabnya.
Rancangannya seperti ini: dari Ciputat jam 6:30, sampai di Cileunyi jam 10 atau 11, ke Palasari plus keliling-keliling-tidak-tentu di Bandung sampai Ashar, paling telat sampai Jatinangor jam 4, mengambil barang di bekas kosan, langsung pulang ke Rajagaluh, sampai rumah paling telat jam 8.

Akhirnya..., Setelah 4.665.600 Detik

No comments:
Alhamdulillah, setelah mundur sekira 4.665.600 detik (bagi yang kurang kerjaan, silakan dikonversi ke satuan non-SI) dari rencana awal, akhirnya jadi juga pagi ini saya pulang ke kampung (yang beberapa rumahnya beruntung masih punya) halaman. Insya Allah.
Ini juga karena "kerjaan" sedang tidak rewel dan bisa ditinggakan, plus ada yang bisa dijadikan alasan. Alasannya: adik ke-3 saya (yang masih SD dan sebentar lagi libur akhir tahun pelajaran) dan adik ke-2 (yang sudah bukan anak sekolahan, jadi entah dalam rangka apa) ingin jalan-jalan ke Jakarta. Dan yang tertimpuk tugas untuk menjemputnya adalah kakaknya (yang tidak baik hati) ini. (Syukurlah, alasan ini diterima "bos" yang lalu mengizinkan saya "cuti" 1 minggu.)
Rencananya, si 2 adik ini bakal dititipkan di adik ke-1 saya yang tinggal di Cilandak. Alasannya:
  • keduanya ingin jalan-jalan ke Jakarta, jadi tidak ada alasan untuk mereka tinggal di tempat saya yang jelas-jelas sudah bukan Jakarta. Tentunya tempat adik ke-1 yang jelas-jelas ada di Jakarta yang lebih berhak.
  • kamar kos saya yang 3x3 meter, itu pun masih dibagi berdua, tentunya kurang memadai untuk menampung keduanya. Lagi-lagi, tempat adik ke-1 yang lebih luas yang lebih representatif.
  • siapa yang bakal membawa keduanya jalan-jalan kalau tiap hari saya "masuk kerja"? Sekali lagi, adik ke-1 yang tiap hari di rumah, saya rasa lebih bisa mengatur "jadwal kunjungan" keduanya.
  • seperti saya sebut di atas, karena saya bukan kakak yang baik hati, tentu saja saya tidak mau direpoti keduanya.
Nah, alasan mana yang benar? (Bagi yang masih kurang kerjaan, silakan tebak. Saya mau bersiap dulu.)

Makasih, Mbak Bluskrin!

No comments:

Blue Screen of Death (image from Wikipedia.org).
Hari2 belakangan saya dibikin puyeng sama kenalan baru saya. Namanya Mbak Bluskrin. Pas lagi seru2nya "kerja" (kerjain gawean atau—ini yang paling sering—kerjain hal2 gak-penting), ujug2 Mbak yang satu ini nyelonong ke muka, ngebiruin seisi monitor kompie.
Gak ketinggalan omelannya yang bikin mumet. Misal suatu waktu, "IRQL_NOT_LESS_OR_EQUAL," yang disusul, "STOP: 0x000000D1 (0x00000004, 0x00000002, 0x00000001, 0xF71A341E)." Sekali2 masih ditambah, "smwdm.sys - Address F71A341E base at F7184000, DateStamp 3defc7ab." D'oh! Mbak ini ngomong apa, sih?

Check Your Sent Mail

No comments:
Sekira 3 minggu yang lalu, saya mengutak-atik blog saya yang ini. Dengan sok-tahu saya mengubah URL-nya jadi subdomain (yah, semacam dengan yang di Blogger ini). siul Nah, jadilah blog malang itu tidak bisa diakses. (Saya coba kembalikan ke URL asal, tetap si blog tidak bisa diakses.) nangih
Pada 21 Mei, saya lalu mengirim email ke pihak Blogs Unpad (BU), ke email yang sama dengan pemberitahuan aktivasi blog, lewat Gmail saya untuk meminta solusi terbaik. Sehari, dua hari, ..., sampai lebih setengah bulan saya menunggu respons muncul di Inbox. Yang dinanti tak kunjung tiba, hingga saya hampir pesimistis. tension Dan selama itu pula si blog menganggur. ketukmeje
Saya baru memutuskan akan mengirim email susulan ke BU ketika kemarin iseng-iseng (tak berhadiah, tentunya) saya buka Sent Mail Gmail saya. Dan ternyata, email itu sudah dijawab BU (intinya, mereka sudah mem-fix kesalahan si blog), bahkan hanya selang beberapa jam dari kiriman email saya! sembah
Ketika mengirim email, sepemahaman saya, jawaban alias reply email itu tentunya akan masuk ke Inbox. (Tentu saja saya pernah mengirim email dari Gmail, dan jawabannya memang masuk ke Inbox.) Memang Gmail menerapkan sistem conversation sehingga email-email setopik (se-subject) dikumpulkan dalam satu kelompok "obrolan". Tapi saya tak pernah menyangka kalau "obrolan" saya dengan BU akan berada dalam Sent Mail, tanpa mampir ke Inbox. soal
Bagaimanapun, terima kasih untuk BU atas respons cepatnya. tepuktangan (Lain kali mungkin akan saya repoti dengan yang lain.) peace

Comical Words (1)

No comments:
Hikari Amamiya (dalam H2 karya Mitsuru Adachi):
Sebagian besar orang menarik garis pembatas diri, bahkan sebelum dia melebihi batas kekuatan diri yang sebenarnya, tanpa menyadari kemungkinan berhasil yang tinggal satu langkah di depan.
R (dalam Rocket Man karya Motohiro Katou):
Hanya orang yang berusaha hari ini yang bisa menentukan nasib hari esok.
Kenji Endo (dalam 20th Century Boys karya Naoki Urasawa):
Kalau kita berjuang dengan sungguh-sungguh, tak ada satu pun yang bisa menghalangi.

Tangan di Atas, Tangan di Bawah: Mana Lebih Baik?

No comments:
Ungkapan "tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah" biasa dipahami sebagai "pihak pemberi lebih baik daripada pihak penerima."
Bagaimana kalau seperti ini. Ketika meminta sesuatu (secara langsung), si peminta mengulurkan tangannya dalam posisi telungkup (punggung tangan di atas, pose mencomot). Dengan demikian, si pemberi "terpaksa" memberikan yang diminta dengan pose tangan telentang (tapak tangan di atas). Jadilah posisi tangan si peminta di atas tangan si pemberi.
Nah, kalau ungkapan di atas dipahami maknawiah, yang memberi lebih baik daripada yang menerima, berarti tangan di bawah yang lebih baik.
Kalau demikian, tangan di atas tidak (selalu) lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas atau di bawah, yang satu punya peluang yang sama untuk lebih baik daripada yang lain.
Jadi, baik atau buruknya sebuah tangan (memang) tidak bergantung pada posisi!

Hari Ini, Saat Itu...: Wis..., Udah...

2 comments:
Fyuh...,penat akhirnya, tepat 3 Juni dua tahun lalu, jadi juga saya wisudaan. Mundur seminggu dari jadwal semestinya, sih. Sebenernya ada rencana gak hadir, tokh cuma dipindahin tali toga plus yang dikasihin juga bukan ijazah, cuma mapnya. (Eh, dipoto juga, sih.peace) Tapi dipikir2 (hmmm, emangnya waktu itu mikir, ya?fikir), gak ada ruginya nyicipin wisudaan. Siapa tau gak punya kesempatan kayak begini buat kali berikutnya.
Orang bilang, wisuda itu, "Wis..., udah...." Ya, banyak yang disudahi dengan wisuda. (Sampe saya males ngetikin di sini saking banyaknya.siul) Singkatnya sih, udahan jadi mahasiswa. Udah saatnya pindah ke state lainnya. Apalagi buat saya yang udah "kekerasan" jadi mahasiswa, sampe2 ngabisin jatah maksimum semester.malu
Yang sejurusan, cuma 2 orang dari angkatan 99, saya & Wahyu Sam, plus beberapa (lupa persisnya) adek angkatan. Acaranya, sih ngebosenin, tapi tetep gak akan saya diceritain di sini.sengihnampakgigi Keluarga yang datang cuma ibu, bapak, ke-3 adek, uwak + suami + anak + menantu + cucu, & guru ngaji saya.
Nah..., karena wisuda itu "wis..., udah...," begitu juga dengan ketikan ini.babai

Buat MI, cepetan tuh dikerjain Kang AK-nya, jangan "nyontek" ama saya.doa
Keur Kang Wahyu, hatur nuhun kana kompie-na. Teuing kumaha tah jadina mun taya kompie éta. Meni waas (baca: reuwas) nya, harita basa hardisk-na krés. (Puguh wé, da dipaké beurang peuting, utamana mah dipaké simulasi MATLAB ku simkuring.peace) Untung wé data2 skripsi teu milu leungit. Mun milu laleungitan mah, teuing kumaha nasib urang harita.

Kalau Baca Buku Sambil...

2 comments:
Inilah yang (mungkin?) terjadi kalau baca buku sebagai "kerja sambilan":
  • Kalau baca buku sambil BAB*: perut plong, otak ikutan plong.
  • Kalau baca buku sambil BAB: BAB beres, satu bab juga beres.
  • Kalau baca buku sambil makan: perut kenyang, otak kenyang juga.
  • Kalau baca buku sambil makan tahu: tahu dari piring masuk perut, tahu dari buku masuk otak.
  • Kalau baca buku sambil menanak nasi: nasi matang, pikiran pun jadi lebih matang.
  • Kalau baca buku sambil menyapu: kotoran tersapu, ketakpahaman pun tersapu.
  • Kalau baca buku sambil mengisi bak mandi: bak penuh terisi air, otak penuh terisi ilmu.

* buang AIR (karena 'AIR' sudah ditulis besar, jadi tidak perlu ditambahkan 'besar', kan?)