Pages

H4: Buka, Tutup, Belenggu

Tempat: Masjid Al-Himmah, Cipayung, Ciputat
Formasi: 10(2T)+3W
Waktu: 35 menit
Tausiah pasca-Tarawih: Syukur, salah satu hikmah puasa
***
Lagi, anak-anak ramai 'bermain' di ruang salat sebelum Isya, meski tidak separah seperti kemarin malam di M. Al-Jihad (mungkin karena jumlah mereka yang lebih sedikit), sementara jamaah dewasa yang hadir justru hanya dua-tiga orang.
***
Satu di antara sekian banyak hikmah berpuasa (Ramadhan) adalah menjadikan kita senantiasa bersyukur. Dengan berpuasa, kita dilatih untuk merasai (paling tidak salah satu) hal yang sering dirasakan sebagian saudara kita (yang berkekurangan): lapar. Bahkan (berpuasa sekadar menahan lapar-haus) ini pun sebenarnya belumlah cukup.
Mereka, saudara-saudara kita itu, lapar (tanpa tanda petik), sementara kita hanya 'lapar' (dengan tanda petik). Ya, 'lapar' kita berbeda dengan lapar mereka. Berapa lama kita menahan lapar-haus? Selama itu, apakah kita diliputi kekhawatiran tak bertemu makanan saat Maghrib datang? Setelah Maghrib, lalu di malam hari, apakah kita masih lapar, atau malah kekenyangan? Lebih jauh lagi, apa yang kita lakukan saat Idul Fitri? Apa hasil 'latihan lapar' kita di 11 bulan lainnya?
Ke-'lapar'-an (di siang hari) selama Ramadhan tak berarti jika tak menumbuhkan syukur, jika tak menaikkan empati dan peduli pada saudara-saudara ('di bawah') kita.
***
Salah satu hadits yang cukup popular di Ramadhan adalah yang menerangkan bahwa ketika masuk Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu. Kalau diartikan secara tersurat, sepertinya selama Ramadhan kita tidak akan menyaksikan keburukan dan kemaksiatan (terutama dari orang-orang yang berpuasa). Yang ada hanya kebaikan dan ketaatan. Lalu mengapa yang tampak tidak seperti 'yang diharapkan'? Jadi apa arti dibuka, ditutup, dan dibelenggu?
Dari sinilah mutawasi lalu mengurai makna hakikinya. Dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka, dan dibelenggunya setan-setan tidak dilakukan oleh siapa pun kecuali oleh kita sendiri. Jika kita berpuasa dengan iimaan dan ihtisaab, juga menghidupkan malam dengan qiyaam, tentunya bagi kita pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu-pintu neraka tertutup rapat, dan setan-setan terbelenggu erat.
***
Lagi-lagi skip sahur normal, cuma sempat makan beberapa butir kurma sisa buka tadi sore. (Oiya, apa karena di awal saya bicara soal demam, jadi sekarang temannya, sang pilek, balas dendam pada saya, ya?)

No comments:

Post a Comment