Pages

H20: LQ

Tempat: Masjid Al-Ittihad, Pisangan, Ciputat
Formasi: 4(2T)+3W
Waktu: 30 menit
Tausiah pasca-Tarawih: Lailatul Qadar
***
Lailat al-Qadr. Berasa asing? Oke, kalau begitu kita pakai saja versi Indonesianya: Lailatul Qadar. Ini adalah sebutan untuk suatu malam dalam Ramadhan. Artinya 'Malam Kemuliaan'. Mengapa malam tersebut dikatakan mulia? Apa bedanya dengan malam-malam lainnya? Pertama, karena LQ berada dalam Ramadhan, bulan mulia. Terus, bedanya dengan 28 atau 29 malam lainnya di Ramadhan? Oke, kedua, LQ bernilai lebih baik daripada (bukan sama dengan, tapi lebih baik daripada) 1000 bulan alias 83 tahun 4 bulan. Terus? Ketiga, para malaikat dan Roh Kudus (Jibril) turun pada LQ. Terus? Keempat, pada LQ Al-Quran pertama kali diturunkan. Terus? (Terusin sendiri cari2 keutamaan LQ dari sumber lain—Pengetik.)
Nah, kalo gitu, kapan datanganya LQ?
Mengacu ke beberapa hadits, LQ bisa berada di 10 malam terakhir, malam-malam tanggal ganjil pada 10 malam terakhir, bahkan ada yang menyatakan pada malam ke-29, ke-27 atau ke-25. Hanya Allah-lah yang Mahatahu. Tapi ingat, itu bukan berarti ibadah difokuskan hanya pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir sementara pada malam-malam genapnya diabaikan, atau ditingkatkan hanya pada 10 malam terakhir tapi pada 20 malam lainnya tidak diperhatikan. Karena LQ rahasia Allah, hanya Allah-lah yang tahu dan menentukan di malam mana LQ berada.
Cara ngedapetinnya gimana? (Rasanya aneh, koq 'ngedapetin', kayaknya gimanaaa gitu.) Ya, karena meski semua orang melewati malam yang sama, tidak semuanya yang bisa merasakan LQ, jadi sangat beruntung orang-orang yang bisa merasakannya dan 'mendapatkan' berbagai keuntungan dari LQ. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan LQ antara lain berpuasa dengan benar (fisik, indra, hati), memperbanyak ibadah malam hari (qiyaam al-laiil), plus perbanyak zikir dan berdoa agar diberi kesempatan merasakan LQ. (Sebenernya mutawasi nyebutin 4 tips, tapi yang 1 lupa—Pengetik.)
***
Berita baiknya, di malam terakhir sepertiga kedua ini (emang apa hubungannya coba?), si JElek yang tertukar kemarin saya dapati kembali pascasalat Maghrib di masjid yang sama tempat mereka tertukar. Tidak sempat konfirmasi ke si empunya karena mesti bersegera menuju 'sasaran' yang jaraknya termasuk salah satu yang terjauh yang bisa ditempuh dengan jalan kaki dan sampai di sana sebelum Isya. Jadilah saya 'percayakan' pengecekan kepemilikan sandal pada kedua kaki saya yang lalu menyatakan bahwa mereka pas dengan (kaki) pasangan masing-masing, dan saya mengartikannya sebagai "ya, ini si JElek punya saya."
Nah, dengan demikian, sandal-berukir yang sempat saya pakai seharian kemarin itu pun kembali 'bertukar tempat' dengan si JElek. Semoga simpulan saya tepat dan mereka kembali ke pemilik yang benar.

No comments:

Post a Comment