Pages

H14: Nah, Gitu Dong!

Tempat: Masjid Nurul Iman, Pisangan, Ciputat
Formasi: 10(2T)+(2+1)W
Waktu: 40 menit
Tausiah pasca-Tarawih: Tobat
***
Mutawasi menceritakan kisah seorang perampok-pembunuh yang telah membunuh 99 orang dan berniat bertobat. Seorang ulama yang ditemuinya mengatakan bahwa dosanya terlalu banyak dan tak akan diampuni. Ia pun lalu membunuh ulama itu, sehingga genaplah 100 pembunuhan telah dilakukannya.
Ia pun mendatangi ulama lain. Ulama kedua ini mengatakan bahwa dosanya bisa diampuni karena Allah Maha Penerima-tobat. Syaratnya, ia harus pergi menuju suatu tempat untuk belajar kepada seorang ulama besar di sana. Si perampok pun setuju, lalu ia berangkat menuju tempat yang ditunjukkan ulama kedua itu.
Di tengah perjalanan si perampok tewas. Kedua malaikat rahmat dan malaikat azab lalu berselisih tentang 'milik' siapa si perampok ini. Perselisihan ini lalu diselesaikan melalui pengukuran jarak antara tempatnya tewas dengan tempat ia berangkat dan dengan tempat yang ia tuju.
Hasil ukurnya, ternyata jarak antara tempat si perampok tewas dengan tempat tujuan sedikit lebih pendek daripada jaraknya dengan tempat ia berangkat. Jadilah ia 'milik' malaikat rahmat karena tobatnya sudah diterima Allah dan mendapat ampunan-Nya.
Jadi, sebesar apa pun kita sangka dosa kita, tetaplah optimistis bahwa Allah akan mengampuninya jika kita sungguh-sungguh bertobat kepada-Nya. Allah itu Al-Ghafuur 'Maha Pengampun', At-Tawwaab 'Maha Penerima-tobat'.
***
Masih ingat kasus ramainya anak-anak yang bermain-main ketika salat pada H3? Di sini anak-anak ditempatkan dalam saf berselang-seling, meminimalkan kesempatan mereka bermain-main karena berkumpul satu sama lain. Dan orang-orang dewasa mengondisikan hal ini.
Atau, yang lebih baik, seperti yang dilakukan pasangan ayah-anak tepat di samping saya. Si ayah mendampingi dan membimbing anaknya selama 'acara inti', mengajarinya cara bersalat, mengingatkannya untuk tetap fokus. Nah, gitu dong!
Begitulah memang seharusnya orangtua. Bisa mengajak anaknya pergi ke masjid bukan berarti tanggungjawabnya berhenti sampai di situ. Justru dari situlah tugas sebenarnya dimulai: membimbing anak tentang bagaimana seharusnya ketika berada di masjid.
***
Lagi-lagi (haha, sampai bosan lagi-lagi bilang lagi-lagi) tidak bersahur karena bangun sudah hampir jam 5. Apa mungkin ini karena tengah malam tadi saya merecoki seorang teman yang sedang flu dan tak bisa rehat dengan sms-sms iseng-tidak-penting? (Buat sang teman, maaf ya ^_^;)
Sore ini ada acara buka bareng di rumah Mas Bos. Beberapa teman Mas Bos dan Kang Bos juga diundang. Oke, saya mau siap-siap dulu, sebentar lagi berangkat.

No comments:

Post a Comment