Pages

H1: Ramadhan, Demam Tahunan, dan Jalan-jalan

Tempat: Masjid Fathullah, UIN Jakarta, Ciputat
Formasi: 4(2T)+3W
Waktu: 40 menit
Tausiah pra-Tarawih: (Belum mulai, cuma sambutan dari ketua badan pengurus masjid.)
***
Masjid yang sama. Maghrib yang serupa dengan Maghrib-Maghrib lain sebelumnya. Suasana terasa beda saat menjelang Isya. Bukannya berkurang (seperti BIASANYA), jamaah justru mulai memenuh. Saf depan mulai terisi rapi. Sesaat sebelum Isya, saya (seperti BIASANYA) berwudu ulang. BIASANYA, setelah itu masih bisa masuk ke saf pertama salat Isya. Tapi tidak malam ini.
Dua saf terdepan penuh terisi. Jadilah cuma bisa tembus saf ketiga. Padahal azan pun belum. BIASANYA, bahkan sampai iqamat masih bisa menembus saf pertama. Saf-saf berikutnya juga mulai terbentuk dan penuhlah masjid yang BIASANYA cuma berisi beberapa saf saat Isya. Iqamat baru akan dikumandangkan, tapi jamaah sudah berdiri dalam saf yang rapi, bersiap memulai salat. BIASANYA, saf jamaah rapi dan siap salat setelah iqamat habis.
Dan seterusnya. Yang jelas segalanya terasa berbeda. Tidak seperti BIASANYA.
***
Satu Ramadhankah yang menjadikan malam ini tak BIASA? Sepertinya iya. Memang, setiap kali masuk Ramadhan, kaum muslim seperti terjangkit 'demam' tahunan. 'Demam' Ramadhan. Berikut sekadar menyebut beberapa 'gejala'-nya.
Masjid jadi tempat favorit. Orang senang salat berjamaah di masjid. Orang senang menunggu azan alih-alih datang setelah iqamat.
Al-Quran jadi bacaan rutin. Orang senang baca Al-Quran sebagai ganti mengobrol di masjid. Bacaan Al-Quran juga terdengar di tempat-tempat yang di luar Ramadhan mustahil kita dengar darinya.
Orang mudah merogoh isi saku atau dompet untuk mengisi kotak infak atau memberi kepada orang-orang berkekurangan.
Tentu saja masih banyak 'gejala' lainnya. (Setiap kita pasti bisa merasakannya.)
***
Lho, bukannya itu bagus? Ya, tentunya senang menyaksikan kaum muslim seperti itu. Yang tidak menyenangkan adalah karena (lagi-lagi) BIASANYA 'gejala-gejala' ini mulai menghilang seiring berjalannya Ramadhan. Penampakan 'gejala' berbanding terbalik dengan jumlah hari Ramadhan yang telah dilewati. Dengan kata lain, 'demam' tahunan ini malah 'membaik' sejalan dengan berlalunya Ramadhan. Lalu 'demam' yang sama berjangkit lagi pada Ramadhan tahun-tahun berikutnya. Ya, 'demam' tahunan.
Bagaimanapun, semoga gejala-gejala yang tampak pada H1 ini bukan tanda 'demam' dimaksud. Atau, kalaupun itu memang 'demam' tahunan, mungkin lebih baik tidak usah 'sembuh' sepanjang tahun.
***
Oke, tidak usah membahas 'demam' tahunan lebih jauh, karena saya sendiri pun malah membuat program 'iseng' di Ramadhan kali ini. (Haha....) Salah satunya adalah ONOM alias one night one masjid (atau bisa juga M untuk 'musala'), di mana saya ber-Tarawih di tempat berbeda setiap malamnya. (Hehe..., penyesuaian hobi jalan-jalan saya versi Ramadhan.)
Saya sebenarnya agak ragu bakal sukses karena kurang mengenal masjid-masjid di seputaran Ciputat (tempat saya tinggal sekarang). Paling cuma beberapa, jauh lebih sedikit daripada 'jatah' Ramadhan di sini (yang rencananya kira-kira 25 hari) sebelum saya pulang kampung. Tapi tidak apa, masjid-masjid buat 'korban' berikutnya bisa dicari sambil jalan. (BIASA, tipe pemikir 'bagaimana nanti' yang jarang bertanya 'nanti bagaimana?')
Nah, buat yang senang akan hal-hal iseng-tidak-penting, silakan ikuti 'laporan' ONOM-nya di postingan-postingan berikutnya. Semoga Ramadhan tahun ini dapat dijalani dengan lebih baik oleh semua muslim.

No comments:

Post a Comment