Pages

Legalisasi Judi dan Pelacuran, Diteladani?

Koran Tempo, Rabu 21 Mei 2008, di halaman depan menampilkan sosok Ali Sadikin, mantan gubernur Jakarta, yang meninggal di Singapura sehari sebelumnya. Boks di bawahnya menampilkan "ringkasan hidup" Bang Ali.
Boks berjudul "Contoh bagi Pemimpin Jakarta" itu antara lain memuat beberapa prestasi atau perilaku Bang Ali selama menjabat sebagai gubernur Jakarta yang—menurut koran ini—"harus dicontoh oleh siapa pun yang memimpin Jakarta." Di antaranya:
  • makan di warung pinggir jalan, turun tangan sendiri menangkapi para pencopet di bus kota;
  • memperlebar dan mempermulus jalan, membuat halte dan terminal, mendatangkan bus-bus kota;
  • dalam tiga tahun pertama, membangun 200 sekolah baru;
  • bersikap tegas (pernah memarahi Menteri Pendidikan karena tak bisa menyediakan guru bagi sekolah yang dibangunnya);
  • merenovasi ratusan tempat ibadah;
  • melegalkan judi dan pelacuran untuk menambal anggaran.
Ya, menurut saya, semuanya tidak ada masalah untuk dicontoh, kecuali yang terakhir. (Konon karenanya, pada 1968, 30% pendapatan Jakarta didapat dari [legalisasi] judi.) Nah! Apa jadinya kalau Jakarta (atau daerah mana pun) dibangun dengan dana dari judi dan pelacuran?
Tanpa menafikan jasa dan teladan yang ditinggalkan Bang Ali (tentunya masih banyak yang tak terketikkan di sini), saya rasa yang terakhir itulah (salah satu) yang "tidak harus dicontoh", bahkan "harus tidak dicontoh".

No comments:

Post a Comment